![]() |
Foto: (kiri) Ketua PB Pemuda NWDI Kabupaten Dompu bersama pengurus lainnya. |
Dompu, TalkingNEWSntb.com -- Sederet masalah terkait Berlyantikasih, Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Kelurahan Dorotangga Kecamatan Dompu Kabupaten Dompu-NTB, perlahan terkuak. Mulai dari tindakan penganiayaan hingga kabar terkini tengah disekap oleh sang majikan di Riyad Arab Saudi. (Baca Juga): Disiksa hingga Disekap Majikan, Berlyantikasih korban Perdagangan Manusia.
Bahkan yang mencengangkan lagi, wanita malang tersebut diduga kuat menjadi korban perdagangan manusia. Hal tersebut terungkap setelah pihak Staf KBRI di Saudi Arabia berbicara langsung dengan sang Majikan yang saat ini tengah menyekap korban.
Sebagaimana keterangan Syamsurizal orang tua korban, Kamis (15/9/22) mengutip keterangan Staf KBRI Arab Saudi, Amin. Bahwa ada tiga poin yang harus dipenuhi pihak keluarga, agar Berlyantikasih bisa dilepas. Satu diantaranya, mengembalikan uang senilai Rp. 150 juta, yang diduga diterima oknum calo (Nursaha red) dan salah satu sponsor TKI di Jakarta (Imam red). Uang tersebut diduga sebagai tanda jadi transaksi dugaan penjualan korban terhadap majikan yang mengatasnamakan kontrak kerja.
Kasus yang dialami oleh Berlyantikasih ini pun kini menjadi perhatian serius sejumlah pihak. Bahkan aktivis dan berbagai Ormas di Dompu turut merespon dan mengomentari atas nasib yang dialami TKW kelahiran Daerah "Ngaji Rawi Pahu" tersebut.
Pengurus Daerah (PD) Pemuda NWDI Dompu misalnya. Mereka berpendapat bahwa kasus yang menimpa Berlyantikasih ini terindikasi kuat masuk dalam kategori perdagangan manusia. Sebab ada transaksi senilai Rp. 150 juta yang tidak diketahui dan tidak diterima oleh yang bersangkutan (korban) sebagai TKW.
"Jika ada transaksi yang tidak diketahui oleh korban dan uangnya pun tidak pula ia terima. Maka ada pihak lain yang menerima. Dan dugaan kami itu oknum Calo ataupun pihak Sponsornya, meski beralibi bahwa itu sebagai syarat kontrak," terang Ketua PB Pemuda NWDI Dompu Feri Fajrin, S.Pd, Jum'at (16/9/22).
Persoalan ini terlihat semakin aneh, dikala perwakilan Pemerintah Indonesia yang bertugas di Riyad Arab Saudi dirasa tidak berdaya atas ancaman yang dilontarkan oleh sang majikan korban bernama Rukayah tersebut. Dengan memenuhi tiga permintaanya itu, Berlyantikasih baru dapat dilepas dan diijinkan ke luar rumah.
"Saya pikir Pemerintah harus terlibat dan mengambil sikap tegas, atas ancaman dan tuntutan majikan terebut. Karena akar persoalannya sudah jelas, tinggal eksekusinya bagiamana," papar Feri sapaannya itu.
Di lain sisi, lanjut dia, pasca awal mencuatnya kasus Berlyantikasih lewat media pemberitaan maupun medsos. Banyak publik yang menduga korban diberangkatkan secara ilegal yang berujung pada dugaan perdagangan manusia. Tentu itu diperkuat oleh beberapa indikator yang muncul, seperti transaksi senilai Rp. 150 juta.
Jika merujuk pada point tersebut, artinya masih banyak para oknum Calo TKW dan sponsor "nakal" di Dompu yang berkeliaran (beroperasi red). Termaksud oknum calo yang berangkatkan korban. Sebab, sampai detik ini yang bersangkutan belum juga dipanggil polisi terkait kasus yang dimaksud, bahkan asyik berkeliaran bebas.
"Harusnya insting Polisi lebih cepat dari warga sipil. Jika mencuat kasus seperti ini, tentu kuat dugaan mengarah pada, adanya operasi ilegal pengiriman TKW ataupun perdagangan manusia. Yang seharunya cepat dilidik oleh Polisi, tanpa harus menunggu laporan resmi. Karena ini menyangkut nyawa manusia," tegas Feri.
Maka dari itu, Feri menegaskan terkait kasus Berlyantikasih, pihak Polres Dompu harus segera mengambil sikap dengan melakukan penyelidikan yang mendalam, atas keterlibatan oknum Calo di Dompu dan salah satu Sponsor TKI di Jakarta tersebut. Yang membuat nasib Berlyantikasih saat ini masih terkatung katung di negeri seberang.
"Berdasarkan informasi bahwa oknum Calo ini bernama Nurseha asal Desa Soro Kecamatan Kempo. Sedangkan satunya lagi bernama Imam, salah satu Sponsor TKI di Jakarta. Kami harap Polres Dompu segera memanggil dan memeriksa dua orang ini, karena diduga kuat terlibat perdagangan manusia," pungkas Feri. (Khan)
Editor: Agus