Idap Kelainan Jantung Selama 2 Tahun, Pelajar di Bolo Ini Butuh Uluran Tangan -->
Cari Berita

iklan 970x90 px

Idap Kelainan Jantung Selama 2 Tahun, Pelajar di Bolo Ini Butuh Uluran Tangan

TalkingNewsNTB.com
22 April 2021

  

Foto: Kondisi Syahrul saat dirawat di RSUD Bima. 

Kabupaten Bima, TalkingNEWS-- Sudah dua tahun berjalan Sahrul Ramadhan (14) divonis mengidap penyakit kelainan jantung. Pelajar yang masih duduk di bangku kelas III di SMP N 4 Bolo ini hanya bisa terbaring lemah akibat sakit yang dideritanya.


Putra pertama dari pasangan suami istri Mukhlis (39) dan Rohani (35) warga Desa Tambe Kecamatan Bolo Bima ini, tak bisa beraktifitas lebih seperti anak lainnya. Masa masa remaja-nya pun dilaluinya dengan cobaan dan perjuangan yang berat.


Ditambah lagi ekonomi keluarga yang lemah, semakin memperpuruk keadaan dan membuat kompolit penderitaan yang dialaminya kini. Apalagi kedua orang tua-nya hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan pekerja sopir dengan gaji yang terbatas.


Pihak keluarga hanya bisa pasrah pada sang ilahi dan berharap ada uluran tangan dari para dermawan agar bisa membantu meringankan beban yang alami Syahrul, sehingga ia bisa beraktifitas seperti sediakalanya. Mengingat sang bocah belasan tahun ini dikenal sangat aktif sebelum diserang penyakit yang berbahaya itu.



Mukhlis sang Ayah, menceritakan bahwa anaknya itu, dua tahun lalu sempat dirawat di RSUD Sondosia. Kemudian hasil diagnosa dokter, divonis mengalami kelainan jantung dan harus dirawat di RSUP Mataram.


"Kami dikasih obat, dulunya kondisi membaik dan pulang kerumah, setelah dua tahun, kondisinya kembali menurun, sempat dirawat di PKM Bolo hingga RSUD Bima namun tidak membuahkan hasil,"ungkap Muhlis, saat dikonfirmasi, Kamis (22/4/21).

 

Muhlis mengaku, pasca dirujuk ke RSUD Bima selama lima hari dirawat, kondisi Syahrul sempat membaik, namun masih tetap merasakan sakit, karnanya pihak medis menyarankan agar di rujuk ke RSUD Mataram.


Namun harapan untuk merawat dan menyembuhkan putranya ke RSUD Mataram kandas di tengah jalan, lantaran biaya yang cukup mahal. Sementara kondisi keuangan dan pendapatan kedua orang tuanya tidak memadai.


"Saya tidak punya biaya untuk berobat ke RSUD Mataram. Saat ini saya hanya bisa berobat secara tradisional, meski kondisinya kini semakin menghawatirkan. Kita tak bisa berbuat apa-apa, karena ekonomi. Kami hanya berharap ada uluran para dermawan," ratap si Muhlis.


Ia berharap, keadaan anaknya tersebut bisa diperhatikan oleh Pemerintah. Mengingat kondisinya kini semakin memburuk. Sehingga mendapat pengobatan lanjutan ke RSUD Mataram. (Khan)