Foto: Kondisi Bronjong di sisi kanan sungai yang sudah terlihat ambruk. |
Bima, TalkingNEWS -- Proyek bronjonisasi di Desa Bolo Kecamatan Madapangga yang bersumber dari dana aspirasi wakil ketua DPRD Kabupaten Bima Hj. Nurhayati SE fraksi PPP, kini sudah terlihat hancur.
Proyek yang diketahui menggunakan anggaran senilai kurang lebih Rp 200 juta tersebut selesai dikerjakan beberapa bulan terakhir ini. Namun mirisnya, baru satu kali diterjang banjir, Bronjongnisasi tersebut langsung ambruk.
Kepala Desa Bola Drs. Muhtar pada media ini mengakui bahwa Bronjong yang dipasang oleh rekanaan beberapa bulan lalu telah ambruk diterpa banjir. Namun, ia tak berani berkomentar lebih faktor utama penyebab ambruknya Bronjong yang dimaksud seperti kualitas pekerjaan.
"Memang benar, bronjong yang baru selesai dikerjakan beberapa bulan lalu sudah abruk diterpa banjir kemarin. Kalau kualitas pekerjaan saya tidak bisa berkomentar lebih, karena itu masalah tehnis. Yang lebih tau pelaksana dan PKK," kata Kades saat dikonfirmasi, Selasa (14/12/21).
Oleh karena itu, Kades berharap kepada Pemerintah atau anggota dewan terkait bisa meninjau lokasi Bronjong yang abruk tersebut, sehingga bisa dianggarkan untuk perbaikan atau pemasangan baru pada tahap selanjutnya.
"Semoga pemerintah yang di atas atau Dewan yang punya paket proyek Aspirasi ini bisa meninjau langsung di lokasi, agar bisa dicarikan solusi untuk ke depannya. Minimal perbaikan atau pasang baru," pintanya.
Sementara itu, beberapa warga di sekitar bantaran sungai setempat juga memberikan komentar yang tak sedap didengar atas realisasi pekerjaan boronjongnisasi tersebut. Mereka mengaku kecewa hadirnya proyek tersebut yang tidak sesuai ekspetasi.
"Harusnya pemasangan Bronjong ini di bantaran sepanjang pemukiman warga. Namun yang terjadi, Bronjong malah dipasang di sisi sebelah kanan bibir sungai yang jelas bukan pemukiman warga. Ini juga yang menjadi pertanyaan kita, proyek ini untuk warga atau bagaimana," ketus salah satu warga yang enggan disebutkan namanya.
Begitu pun disampaikan Givon, salah satu pemuda setempat. Ia menilai sejak awal pelaksanaan, pemasangan Bronjong tersebut diduga tidak sesuai Bestek (Gambar). Sebab jika, program ini untuk normalisasi sungai, maka harusnya ada pengerukan dan penggalian pondasi.
"Pemasangan Bronjong ini diduga kuat tidak sesuai bestek. Karena tidak dilakukan penggalian pondasi dan pengerukan tanah yang dangkal. Sehingga sungai menjadi sempit dan karena tidak ada pondasi Bronjong ini cepat ambruk," pungkasnya.
Sementara itu, pihak pelaksana tersebut belum dapat dimintai keterangan. Namun akan diusahakan dikonfirmasi. (Khan)
Editor: Agus