IMTA Menilai Pengelolaan Dana Bumdes Tambe Tidak Transparan -->
Cari Berita

iklan 970x90 px

IMTA Menilai Pengelolaan Dana Bumdes Tambe Tidak Transparan

TalkingNewsNTB.com
18 November 2018




TalkingNEWS.asia—Tak sedikit oknum Pengurus BUMdes yang diseret ke meja hukum lantaran menyalahgunakan dana Badan Usaha Milik Desa. Bahkan kepala desa pun, ikut terlibat ‘mencicipi’ dana tersebut, yang mestinya dikelola untuk mendorong dan meningkatkan kelompok ekonomi masyarakat di desanya. Namun kenyataan di lapangan, kerap saja ada ‘tangan-tangan’ jahil yang memanfaatkannya, baik untuk kepentingan pribadi maupun kelompok.  

Di Desa Tambe Kecamatan Bolo Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), pun hampir kea arah tersebut. Bahkan Ketua Ikatan Mahasiswa Tambe (IMTA) Suryadin angkat bicara mempertayakan aliran pengelolaan dana Bumdes di desa itu.

Suryadin meminta pihak Pemerintah Desa Tambe, segera mengevaluasi kembali Kepengurusan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) tersebut. Menurutnya, selama masa Kepengurusan Bumdes Tambe dinilai tidak produktif dan intransparansi.

“Sebagai warga dan mahasiswa Desa Tambe, saya wajib mempertanyakan sejauh mana pengelolaannya, termasuk perkembangan lain terhadap aliran dana tersebut,” tandas Suryadin yang disapa Sadam ini.
            
Menurut Sadam, hadirnya lembaga Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) ditengah-tengah masyarakat ini, memiliki tujuan pasti. Yakni mendorong dan meningkatkan perekonomian dan pendapatan desa serta menjadi salah satu punggung pertumbuhan dan pemerataan ekonomi desa.
            
“Seandaimya benar-benar ingin memajukan desa, pengelola Bumdes harus mampu melihat potensi dan peluang yang ada di Desa Tambe—selanjutnya dikelola dan dikembangkan. Namun faktanya, sampai hari ini kami belum melihat progres nyata dari Bumdes itu sendiri,” tegasnya.
            
Sadam pun menilai, cara kerja yang dilakukan oleh pihak Kepengurusan Bumdes Tambe terkesan monoton dan kurang tepat dalam pengolaan keuangan, yang hanya mengandalkan program simpan pinjam.

“Itu dinilai kurang produktif. Sebab, kalau dilihat secara menyeluruh, masih banyak potensi lain untuk dijadikan program dan dikelola secara maksimal,” katanya.
           
Ia menduga ada penyalahgunaan anggaran di sana (Bumdes,red). Karena mestinya sasaran harus dipinjamkan kepada kelompok usaha masyarakat lainnya, namun terkesan dana tersebut “dibagi-bagi” oleh oknum diinternal pengurus. “Dugaan ini berdasarkan informasi yang saya dapat di lapangan,” ungkap Sadam.
            
Dirinya juga mengungkapkan rasa kekecewaannya terhadap pemerintah Desa Tambe yang tidak menjalankan fungsi controlnya terhadap Bumdes, terkait sasaran dan tujuan penggunaan anggaran. Mengingat dana yang dikelola oleh bumdes adalah anggaran Dana Desa.
            
Atas adanya dugaan tersebut, Sadam meminta dan mendesak pihak pengurus Bumdes Tambe agar segera melakukan audiensi kepada seluruh masyarakat Desa Tambe, termasuk melaporkan perkembangan terhadap pengelolaan dana itu. “Ini biar transparan,” tegasnya.
           
Sekertaris Bumdes Tambe Buyung S.Pd mengaku tidak tahu pasti terkait adanya tudingan dari pihak masyarakat yang menganggap Pengurus Bumdes didugaan menyalahgunakan dana tersebut.
            
“Terus terang, saya tidak tahu persoalan ini. Surat pertanggung jawaban pun, saya tidak tahu,” kata Buyung di konfirmasi awak media di kedimannya, Ahad (18/11/2018) tadi siang.
            
Adanya desak desuk beberapa kelompok masyarakat Tambe, Buyung pun membongkar kelemahan di internal Kepengurusan Bumdes.

“Memang, dalam internal Kepengurusan Bumdes, kurang ada komunikasi yang jelas. Sehingga terkesan ada pengambilan keputusan sepihak. Dan, jika ada pihak masyarakat yang meminta agar kepengurusan Bumdes dievaluasi kembali, saya tidak keberatan,” katanya.

Pada hari yang sama, Ketua Bumdes Tambe M Ali alias Dae Elo yang didatangi awak media untuk melakukan konfirmasi terkait persoalan tersebut—bersangkutan tidak ada di rumah.(Agus)