Foto: Lokasi lahan yang akan dilakukan penyulaman bibit. |
Dompu, TalkingNEWS -- Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) di beberapa wilayah kecamatan di Dompu NTB, pelaksanaannya gagal total. Aroma dugaan Mark Up anggaran pun mulai tercium. Setelah tiga tahun dilakukan pemeliharaan tanpa membuahkan hasil, kini memasuki kegiatan penyulaman yang alokasi bibitnya tidak sebanding dengan luas lahan.
Diketahui sebelumnya, Program RHL tersebut memakan anggaran negara hingga 2,3 miliar melalui APBN yang dikerjakan sejak 2018 silam. Karena dinilai gagal, program ini pun menjadi sorotan sejumlah pihak.
Fakta baru muncul dari beberapa pihak yang ditemui di lokasi, bahwa dalam penyediaan bibit oleh pihak penanggung jawab CV. Prima Indah Persada, rupanya tidak sesuai dengan luas area penanaman. Hal itu berdasarkan, pantauan langsung sejumlah media dan keterangan beberapa warga di lokasi penanaman pada Sabtu (4/12/21).
Kepala Desa Riwo Arifin, AB. S.Sos, mengungkapkan fakta bahwa luas area lokasi penanaman tersebut sebesar 398 hektar, namun oleh pihak penanggung jawab hanya menyediakan 100 ribu bibit pohon saja. Padahal, ideal penanaman dalam satu hektarnya 400 pohon.
"Saya beberapa minggu yang lalu berkoordinasi dengan pihak PT. pemenang tender, saya bertanya kalau ini program luasnya berapa? Dijawab 398 hektar, kalau per-hektarnya berapa? Dijawab 400 pohon. Pertanyaan saya berikutnya, kalau 398 hektar itu luas lahan, berarti jumlah bibit yang harus disediakan sebanyak 150, 9200, sementara yang disediakan sekarang cuma 100 ribu pohon" Ungkap.
Dengan penyediaan 100 ribu pohon oleh pihak penanggung jawab, itu terkesan dalam penamaannya banyak banyak pohon yang tumbuh, namun faktanya menurut Kades Riwo, itu tidak ada sama sekali.
"Kita bisa lihat di lokasi, sejauh mana dan berapa luas areanya, dan berapa ribu pohon yang tumbuh" Kata Kades.
Selain itu, diungkapkan juga jika papan informasi proyek tersebut dinilai tidak jelas, sebab dalam papan informasi itu tidak tercantum anggaran biaya pekerjaan dan jenis kegiatan.
"Dalam papan informasi itu cuma tercantum nama CV, luas area dan jumlah bibit, tapi tidak ada anggarannya. Mestinya menurut saya harus tercantum besar anggaran," Pungkasnya.
Sementara pemilik CV. Prima Indah Persada Ahmad Fadlih selaku penanggung jawab program RHL yang dikonfirmasi media ini via telpon Whatsapp pada Sabtu 4/12/21 pukul 18.30 wita. Terkait soal penyediaan bibit 100 ribu untuk area 398 hektar, dia mengaku pihaknya sengaja menyediakan 100 ribu.
"Saya disuruh untuk menyediakan 15 ribu bibit, tapi dengan inisiatif saya, saya siapkan seratus ribu bibit.
"Inikan kita melakukan penyulaman, mengganti tanaman yang mati, artinya sudah ada penanaman lebih awal dan kami disuruh mengganti tanaman itu sebanyak 15 ribu,"pungkasnya. (Arif)
Editor: Agus