Siswa Meninggal saat Jam Sekolah, Pihak SLB Baiturahman Dinilai tak Profesional -->
Cari Berita

iklan 970x90 px

Siswa Meninggal saat Jam Sekolah, Pihak SLB Baiturahman Dinilai tak Profesional

TalkingNewsNTB.com
08 November 2021

 

Foto: Halaman depan SLB Baiturahman.

Bima, TalkingNEWS -- Salah satu siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) Baiturahman yang berada di Desa Sondosia Kecamatan Bolo Bima dinyatakan meninggal dunia, Kamis (4/11/21) sekira pukul 10:15 Wita. (Baca Juga): Blokade Jalan di Bolo, Warga Ricuh dengan Aparat.


Korban yang diketahui bernama Rasya Aditya Saputra (13) siswa penyandang disabilitas (Autis Hiperaktif) kelas 2 SMP LB asal Desa Bolo Kecamatan Madapangga itu ditemukan meregang nyawa oleh warga Sondosia di muara yang tak jauh dari lokasi sekolah. 


Kejadian itu pun tentu saja memicu reaksi aksi keluarga korban dan warga Desa Bolo, hingga berujung blokade jalan. Meski takdir kematian memang tak bisa dihindari, namun tidak sedikit warga yang meyayangkan sikap keteledoran pihak SLB Baitruhaman yang kurang memperhatikan siswa hingga mengakibatkan korban tenggelam di muara. Sehingga terkesan tidak profesional dalam bekerja.


"Azal memang tak bisa dihindari. Namun jika saja pihak SLB Baiturahman menerapkan pengawasan yang ketat terhadap siswa siswinya, tentu saja hal hal yang tidak dinginkan seperti ini dapat diminimalisir. Apalagi para siswa siswinya penyandang Disabilitas yang memang harus mendapatkan perhatian lebih dari guru," kata salah satu aktivis di Madapangga, Kamis (4/11/21).


Selain itu, yang lebih memprihatinkan lagi,  tambah pria yang enggan disebutkan namanya ini, tak satupun pihak sekolah yang mendampingi saat kepulangan jenazah di rumah duka. Hal ini menunjukan sikap kurang tanggungjawab-nya pihak sekolah. "Parahnya lagi, saat korban dipulangkan pihak medis dan keluarga di rumah duka, tak satu pun pihak sekolah yang nongol dampingi jenazah," tuturnya. 


Oleh sebab itu, dirinya meminta Kepala Dinas Dikbudpora Provinsi NTB untuk segera memanggil dan mengevaluasi cara kerja pihak SLB Baiturahman, agar kasus serupa tidak terjadi di kemudian hari. Bila perlu diberikan sanksi administrasi tegas mencabut ijin operasionalnya. "Pihak Dinas Dikbudpora Provinsi harus segera bersikap untuk segera memanggil kepala SLB Baiturahman. Agar peristiwa ini menjadi bahan evaluasi juga bagi SLB lainnya," pungkasnya.


Foto: Kepala SLB Baiturahman H. Juwaid Mursalin S.Pd.

Sementara itu, Kepala SLB Baitruhaman H. Juwaid Mursalin S.Pd membantah pihaknya tidak profesional bekerja. Ia berdalih seluruh regulasi yang mengatur dalam pelaksanaan belajar mengajar, telah dijalankan sepenuhnya. "Kita sudah bekerja sesuai dengan regulasi dan aturan yang ada," katanya saat ditemui, Senin (8/11/21).


Hanya saja, lanjutnya, kaitan dengan persolan ini tidak terlepas dari musibah. Karena, pada waktu itu korban memanjat pagar keluar di halaman sekolah dikala dua guru pendampingnya sedang lengah. "Ketika gurunya sedang ngeprint di ruangan guru, dengan sekejap korban memanfaatkan situasi itu untuk keluar dari sekolah berjalan menuju muara," jelasnya. 


Kaitan adanya tudingan tidak tanggungjawab, sambung Kasek, pada saat insiden penghadangan jalan, pihaknya langsung menuju rumah duka di Desa Bolo untuk menemui keluarga korban. Bahkan sekolah pun telah memberikan uang santunan senilai Rp. 12.500.000. "Saat aksi kemarin, kita langsung menuju rumah duka. Kemudian pada Sabtu kemarin kita menyerahkan uang santunan pada keluarga korban senilai Rp. 12.500.000," jelasnya.


Dirinya mengaku, insiden meninggalnya siswa pada saat jam sekolah itu akan menjadi palajaran dan evaluasi ke depan, dalam memperketat di sisi pengawasan terhadap siswa pada saat jam istirahat. "Ini menjadi pelajaran kita ke depan untuk lebih baik lagi di sisi pengawasan," pungkasnya. (Khan)


Editor: Agus