![]() |
Foto: Saat aksi demonstrasi dan blokade jalan di pertigaan Desa Bolo Madapangga. |
Bima, TalkingNEWSntb.com -- Sejumlah petani jagung Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Petani Madapangga Menggugat (ARPMM) melakukan aksi demonstrasi di Jalan Negara lintas Bima-Dompu, tepatnya pertigaan Desa Bolo Kecamatan setempat, Senin (21/11/22).
Demonstrasi yang dibarengi aksi blokade jalan tersebut, menyusul terkait anjloknya harga jagung saat ini, dengan daya beli kisaran Rp3300 sampai Rp3400. Padahal, diketahui bersama, bahwa di Madapangga sendiri terdapat dua peruhasaan/gudang terbesar di Indonesia yakni PT SUL dan CPI.
Korlap aksi Mustakim dalam orasinya, menerangkan bahwa Kabupaten Bima merupakan daerah yang mayoritasnya petani dengan komunitas utamanya yakni jagung. Tentu dengan rendahnya daya beli tersebut berimbas pada penghasilan, sehingga dirasa mencekik para petani.
Di satu sisi, tingginya harga bibit dan pestisida serta sulitnya mendapatkan pupuk subsidi, menambah komplitnya persoalan yang dialami petani. Tentu dengan Sederat polemik yang berkepanjangan itu, Pemerintah diharapkan hadir memberikan solusi terbaik demi kelangsungan dan mendukung sektor pertanian di Bima.
Perlu diketahui, lanjutnya, Pemerintah Pusat melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) telah menaikan Harga Acuan Pembelian (HAP) melalui peraturan nomor 5 tahun 2022 dari tingkat produsen senilai Rp4200/Kg. Sementara harga acuan tingkat konsumen Rp5.500 dari sebelumnya Rp4500.
"Tapi faktanya di lapangan, daya belinya hanya menyentuh angka Rp3300, karena diduga kuat ada Mafia yang monopoli harga. Ini yang menjadi perhatian serius bagi Pemerintah daerah. Jangan biarkan petani sengsara," tegasnya.
Oleh sebab itu, pihaknya mengajukan tiga point' tuntutan diantaranya yakni:
1. Minta seluruh perusahaan jagung di Mapdangga untuk menaikan dan menerapkan harga yang sesuai dan layak dengan harga Rp4200 sampai Rp500 perkilogram.
2. Meminta Bupati Bima hadir dan merundingkan harga jagung yang memuaskan semua pihak. Dan Pemda Bima harus bisa mengakomodir kebutuhan bibit dan obat-obatan petani.
3. Jika semua perusahaan keberatan atas tuntutan tersebut serta tidak memberikan fitback terhadap kesejahteraan petani, maka silahkan angkat kaki dari Madapangga.
"Bila point' yang kami ajukan tidak segera diindahkan, maka kami akan kembali melakukan aksi yang lebih besar dari ini," ancam Mustakim.
Merespon aksi tersebut, Camat Madapangga Tajuddin Noor mengatakan akan segera menyampaikan kepada Pemda Bima terkait sejumlah tuntutan yang diajukan massa aksi.
"Hari ini kami akan menghadap langsung ke Pemda untuk membicarakan terkait sejumlah tuntutan yang diajukan. Insya Allah persoalan ini akan diatensi," tuturnya singkat.
Pantauan di lapangan, setelah mendengarkan jawaban singkat dari Camat Madapangga itu, massa aksi perlahan membubarkan diri. Jalan pun kembali dibuka dan arus lalulintas kembali normal. (Khan)
Editor: Agus