Foto: Para peserta pawai rimpu saat tiba di panggung kehormatan yang disambut langsung oleh Wali Kota Bima dan Ketua PKK Kota Bima. |
Kota Bima, TalkingNEWSntb.com -- Pemerintah Kota Bima NTB kembali menggelar kegiatan festival Rimpu, Minggu pagi (7/5/23). Agenda yang bertajuk Pesona "Rimpu Ma Ntika ro Ma Ambi" tersebut sedikitnya diikuti sekira puluhan ribu peserta yang tergabung dari berbagai kontingen wilayah Kecamatan, Kelurahan dan berbagai instansi baik negeri maupun swasta.
Partisipasi warga Kota Bima dalam mensukseskan pawai tahun ini tak kalah spektakulernya dengan kegiatan festival rimpu yang beberapa kali digelar Pemkot Bima sebelumnya.
Bahkan karena begitu antusiasnya, ruas jalan dipadati oleh para peserta hingga jalur lintasan menjadi lautan manusia. Diketahui, sesuai petunjuk yang diagendakan panitia, para peserta mulai star pukul 07:00 wita.
Mereka dibagi menjadi dua. Wilayah Barat, titik starnya mulai dari lapangan Merdeka, sedangkan bagian Timur star dari lapangan Pahlawan. Kemudian berakhir di garis finis halaman kantor Pemerintah Kota Bima.
Pantuan di lapangan, para peserta pawai yang didominasi oleh kaum perempuan itu terlihat kompak mengenakan busana "Rimpu" dari kain tenun (Tembe Nggoli/Songke) khas suku Mbojo dengan corak dan warna yang bervariasi. Sementara, peserta laki-laki mengenakan seragam bebas namun dihiasi dengan Tembe Nggoli/Songke (Saremba/Katente Tembe).
Foto: Ketua PKK Kota Bima Hj. Ellya bersama Wali Kota Bima H. Muhammad Lutfi SE didampingi pejabat teras lainnya menyambut hangat kedatangan para peserta pawai rimpu. |
Setelah tiba di garis finis, para peserta disambut langsung oleh Wali Kota Bima H. Muhamad Lutfi SE didampingi sang Istri Ummy Eliya beserta para pejabat teras lainnya. Selain itu, agar acara semakin semarak, para peserta juga diberikan kupon doorprize untuk berkesempatan mendapatkan sejumlah hadian undian dari panitia pelaksana.
Untuk diketahui, Rimpu merupakan cara busana perempuan suku Mbojo (Kab/Kota Bima dan Dompu) pada masa lalu. Dengan mengenakan dua lembar kain/sarung tenun khas Mbojo yakni Tembe Nggoli atau Songke. Kedua kain tersebut untuk bagian bawah dan bagian atas.
Sehinga dengan demikian, kegiatan festival pawai rimpu yang diagendakan setiap tahun ini, tiada lain bertujuan merefleksi busana islam serta melestarikan budaya masyarakat suku Mbojo.
Disamping itu, juga diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan ekonomi bagi pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Terutama pengrajin kain tenun/sarung "Tembe Nggoli/Songke" maupun pedagang kecil lainnya. (Khan)
Editor: Agus