Foto: Gudang jagung PT SUL yang berlokasi di Desa Bolo Kecamatan Madapangga Bima. |
Bima, TalkingNEWSntb.com -- Harga komoditi jagung di Kabupaten Bima NTB kian menurun. Padahal sebelum masa panen raya tiba, harga jagung pipih tembus dengan angka Rp8.900 per Kg dengan kualitas 17 persen kadar air. Hingga sekarang harga komoditi jagung di sejumlah perusahaan di Bima masih menurun dan bervariasi, yakni antara Rp4.400 hingga Rp4.100 per Kg.
Misalnya di PT Sentosa Utama Lestari (SUL) dengan harga pembelian sekarang Rp4.100 sampai Rp.4200 per Kg (tergantung kualitas), sedikit lebih tinggi dari PT Charoen Pokphand Indonesia (CPI) Tbk yakni Rp4.400 per Kg.
Perbandingan harga antara PT CPI dan PT SUL ini rupanya memiliki alasan yang mendasar. Status perusahaan yang membuat perbandingan harga itu terjadi.
PT CPI Tbk sendiri merupakan perusahaan induk yang membeli jagung untuk diproduksi sendiri. Sementara PT SUL merupakan perusahaan yang bergerak di bidang trading. Sehingga pembelian jagung yang dilakukan hanya untuk dijual kembali dan atau disuplay ke PT JAPFA.
Humas PT SUL, Muhammad Isnaini menjelaskan bahwa pihaknya mengakui perbandingan harga jagung yang tengah terjadi di sejumlah perusahaan. Tapi, perbedaanya tidak terlalu signifikan.
Namun ada fakta yang terungkap di balik perbandingan harga jagung di sejumlah perusahaan. Misalnya PT SUL dengan PT CPI yang harga pembeli sedikit berbeda. Padahal itu hanya perbedaan kualitas jagung dengan kadar air tertentu.
"Di perusahaan lain mungkin harga jagung yang dibandrol lebih tinggi ketimbang PT SUL. Itukan tergantung kualitas jagung dengan kadar air tertentu. Misal di perusahaan lain dibandrol dengan harga Rp4.400 per Kg dengan kualitas kadar air 15 persen ke bawah. Sementara di kita mengambil dengan harga variasi tergantung kualitas jagung, bahkan bisa sampai Rp.4200," ungkapnya saat ditemui wartawan, Rabu (17/4/2024).
Dikatakannya, setiap perusahaan yang ada pasti memiliki cara dan strategi marketing yang berbeda. Karena setiap perusahaan memiliki manajamen masing-masing. Apalagi status perusahaan tempatnya ia bekerja sekarang, hanya membeli jagung lalu dijual ke perusahaan lain seperti PT JAPFA.
"Semua perusahaan pasti memiliki manajamen sendiri-sendiri dan strategi marketing yang berbeda-beda. Sehingga wajar ketika kemudian harga yang dimainkan pasti akan berbeda. Apalagi status perusahaan yang berbeda. Kita sebagai trader, sementara mereka (PT lain) beli jagung untuk kebutuhan produksi perusahaannya sendiri," ujarnya.
Disinggung soal anjloknya harga jagung, pihaknya menjelaskan bahwa saat sekarang sedang terjadi panen raya besar-besara di sejumlah daerah. Seperti di Jawa, Sulawesi, Lampung dan masih banyak lagi daerah yang sedang melaksanakan panen raya. Sehingga berpengaruh pada harga jagung di Kabupaten Bima dan juga Dompu.
"Kita tidak punya kewenangan dalam menentukan harga jagung. Yang pasti kami selalu ikuti arus pasar nasional yang selalu berubah-ubah. Tetapi kami selalu menginginkan yang terbaik buat para petani yang ada. Semoga ke depan tidak adalagi yang namanya harga jagung yang anjlok," pungkasnya. (Gufran)