Penulis: Ashar S Yaman
Ketua Persatuan Alumni GMNI NTB
Bima, TalkingNEWAntb.com -- “Perubahan adalah kata paling banci dari Revolusi, lajimnya perjuangan dalam perebutan kekuasaan dimanapun adalah perebutan sumber-sumber ekonomi dan penguasaan alat-alat politik, mengganti system lama yang bobrok menjadi system yang sesuai dengan misi dan konsepsi perjuangan pemenang, dalam hal ini misi perubahan adalah menjadikan Bima Bermartabat, jika mengutip Lenin menjadi penting dan mendesak regim perubahan menguasai dan mengontrol akuntasi dan birokrasi, agar eksekusi dan komando kebijakan menjadi sederhana dan jelas”
Tulisan ini berusaha merangkum beberapakali diskusi mendalam dengan lingkar dekat bupati terpilih, mau kita bawa kemana kabupaten Bima? setelah regim feodalistik kesultanan dikalahkan oleh tenaga rakyat yang tersusun dalam perjuangan secara gradual selama 20 tahun?
Kunci dari perubahan adalah merubah kebiasaan transaksional dalam distribusi jabatan yang telah dengan massive dipraktekkan oleh regim sebelumnya, pintu masuknya adalah memperbaiki system birokrasi, menganti wajah tanpa memperbaiki system adalah kekeliruan atau bisa jadi kesalahan fatalistik.
Memang desakan publik menganti ini, menganti itu, menganti si Wulan dengan si fulan, sekali lagi system yang harus berubah, memang ini sangat dilematis disatu sisi aspirasi rakyat disisi lain kebutuhan daerah untuk menata system dan birokrasi berbasis merit system dengan sepenuhnya berorientasi pada pelayanan masarakat, kita mau jabatan diisi oleh mereka yang berprestasi, mengabdi pada system bukan pada siapa yang berkuasa, dengan memperbaiki system kita merubah wajah Bima dan mewujudkan Bima bermartabat, karena hanya dengan system yang baik kita bisa menjalankan ekonomi dengan baik, kita bisa menjalankan Pendidikan dengan baik, kita bisa menjalankan Kesehatan dengan baik, kita bisa menyelanggarakan pertanian dengan baik, kita bisa menjalankan segala hal yang menyangkut hajat hidup rakyat dengan baik, kita menjadi orang Bima bukan untuk 5 (lima) tahun kita menjadi orang Bima seratus tahun, kita menjadi orang Bima untuk selama-lamanya, untuk itu segala hal yang sudah kelewat rusak akibat regim sebelumnya harus diperbaiki dan ditata ulang.
Memang ada beberapa hal yang tidak populis, ada gelombang kekecewaan seolah-olah pemerintahan yang baru seumur jagung ini gagap dan tidak bisa bekerja, tapi kemenangan bukanlah alat untuk menghukum yang kalah, kemenangan bukanlah alat legitimasi untuk menyingkirkan lawan, birokrasi bukanlah lawan politik, birokrasi adalah alat kekuasaan untuk melakukan tugas pelayanan publik, memerintah bukanlah cara untuk memuaskan seseorang atau kelompok orang, memerintah adalah cara legal untuk memberi pelayanan dan mensejahterakan rakyat dengan keberanian mengeksekusi. Keberanian eksekusi dalam hal ini bukanlah menyingkirakn si Wulan atau si Fulan, tetapi keberanian untuk menabrak tatanan lama yang birokrat sentris menjadi system yang berorientasi pada kepentingan dan keselamatan rakyat.
Memperbaiki system dan merubah kebiasaan lama memang butuh waktu, tetapi luka politik harus disembuhakan, membangun daerah dan manusianya butuh stabilitas dan rekonsiliasi gradual, mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, nepoteisme butuh kontrol dan kritik dari semua elemen masarakat, sebagai kolektivitas politik dan sosiologis rakyat Bima kuat dengan tradisi kritik dan Kontrol, ini bagus untuk demokrasi ada mekanisme check and balane, ada rambu agar pemerintah tetap berada dalam jalur sesuai dengan janji kampanye dan visi politik perubahan mewujudkan Bima bermartabat, untuk sampai pada Martabat haruslah berdaulat, berdikari dan berkepribadian, berdaulat karena ada objektifitas dalam membuat kebijakan meski tidak populis, berdikari karena ada kemandirian rakyat dalam Menyusun kekuatan ekonomi yang bersumber dari keberpihakan pemerintah dalam kebijakan pro rakyat, menyangkut sumber-sumber ekonomi dan factor produksi, berkepribadian karena sebagai dou mbojo dengan kebudayaan yang khas, karakter yang khas.
Salam Perubahan